Ari Budianto1, Khoidar Amirus2
ABSTRAK
Tuberkulosis
(TB) paru merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ
paru dan juga
organ tubuh lainnya. Pada tahun 2013 Indonesia peringkat 4 terbanyak untuk penderita TB paru
setelah China, Hindia, dan Afrika Selatan.
Sedangkan menurut data Depkes RI tahun 2013 prevalensi TB Paru
di Indonesia terdapat 0,4%. Berdasarkan Profil
Dinkes Provinsi Lampung tahun 2012, angka
penemuan BTA positif di Kota Metro 44,63%. Di wilayah kerja Puskesmas Yosomulyo tahun 2013 terjadi peningkatan prevalensi
kejadian TB paru dari triwulan ke-1 sampai
triwulan ke-4 sebanyak 59,1 % terdapat 1 orang yang meninggal dan pada
tahun 2014 triwulan ke-1 sampai triwulan ke-3
terdapat 37,5 % kasus penderita TB
positif. Tujuan penelitian ini diketahuinya hubungan faktor risiko sanitasi lingkungan
rumah dengan kejadian TB paru di Puskesmas Yosomulyo Kota Metro tahun 2014.
Jenis
penelitian ini menggunakan kuantitatif dan menggunakan rancangan analitik
observasional dengan pendekatan cross
sectional. Populasi sebanyak 124 suspect TB Paru dan besar sampel sebanyak
74 responden. Tehnik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar cheklis,
kuisioner dan alat ukur. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat
menggunakan tabel distribusi frekuensi, uji statistik chi square dan odd ratio
.
Hasil
penelitian diketahui bahwa frekuensi kejadian TB Paru terbanyak pada kotegori
bukan penderita TB paru yaitu sebesar 48 responden (64,86%), frekuensi
kepadatan hunian terbanyak pada kategori
memenuhi syarat rumah sehat yaitu 42 rumah (56,8%), frekuensi kondisi ventilasi
terbanyak pada kategori tidak memenuhi syarat rumah sehat yaitu 39 rumah
(52,7%), frekuensi kondisi lantai rumah terbanyak pada kategori memenuhi syarat
rumah sehat yaitu sebanyak 69 rumah (93,2%) dan frekuensi pencahayaan terbanyak
pada kategori memenuhi syarat rumah sehat yaitu 50 rumah (67,6%). Berdasarkan
uji chi sguare diketahui ada dua
variabel yang memiliki hubungan yang
bermakna (signifikan) dengan kejadian TB Paru yaitu pertama kepadatan hunian
dengan nilai p-value = 0,010 dan OR=
4,156. Kedua pencahayaan dengan nilai p-value
= 0,008 dan OR= 4,433. Ada dua variabel yang tidak mempunyai hubungan yang
bermakna yaitu ventilasi rumah dengan nilai p-value
= 0,921 dan kondisi lantai rumah dengan nilai p-value = 0,471. Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat
memaksimalkan penggunaan ruangan untuk mengurangi kepadatan hunian dan
memfungsikan ventilasi rumah sebagai tempat cahaya matahari masuk kedalam
rumah, memasang genteng kaca dan membuat
penerangan lain didalam rumah terutama
pada ruangan yang sering digunakan.
Kata kunci : TB Paru, Kepadatan Hunian, Ventilasi,
Kondisi Lantai dan Pencahayaan
1)
FKM Universitas Malahayati
2)
Dosen FKM Universitas Malahayati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar